Sabtu, 30 September 2017

Teman belum tentu kawan

Makhluk sosial, itulah teori yang dikemukakan sang ilmuan Aristoteles. Beliau mengusung pernyataan bahwa seseorang tidak bisa hidup sendiri, dia membutuhkan teman, membutuhkan lingkungan sosial untuk berinteraksi. Apakah benar?
Mungkin ada benarnya juga. Seseorang selalu membutuhkan teman, walaupun hanya sekadar untuk mencurahkan segala unek-unek yang ada dihati. Tapi, apakah semua teman dapat menerima segala unek-unek kita? Apakah semua dapat merahasiakannya?
Belum tentu.
Menurut saya, tidak semua teman dapat kita jadikan sebagai kawan. Ada yang namanya klasifikasi teman. Teman dikala senang, teman dikala jalan-jalan, teman dikala jajan, teman dikala belajar, teman bertukar pikiran, teman karena temannya pacar (ups), teman dikala sedih, teman dikala sakit, teman disegala keadaan, dan lain-lain. Itulah sebagian kecil dari beberapa klasifikasi teman. Kita juga harus pilih pilih teman untuk mengeluarkan segala unek-unek hati. Pilih teman yang bisa mendengarkan, menjaga rahasia, dan lebih-lebih bisa memberikan saran.
So, hati-hati lah dalam berteman. Belum tentu yang kita anggap kawan itu benar-benar niat berteman, bisa jadi menjadi lawan.
Bukan mengajari suudzon, tapi berjaga diri saja. 
Karena sesungguhnya, lambat laun akan tampak mana teman yang ingin menjadi kawan atau lawan.

Semoga bermanfaat 👣

Tidak ada komentar:

Posting Komentar