GANTUNGLAH CITA-CITAMU SETINGGI BINTANG
Aldi merupakan salah satu siswa dari SMA PELAJAR di salah satu
kota kecamatan di Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Ia merupakan salah satu siswa
yang rajin dan pandai. Ia selalu menjadi bintang kelas sejak awal masuk SMA.
Tahun 2014 ini merupakan tahun terakhirnya di bangku SMA, karena pada tahun
2014 inilah ia melaksanakan UN yang diselenggarakan oleh pemerintah
se-Indonesia. Hasilnya pun sangat memuaskan. Ia menjadi juara paralel UN se-Kabupaten
Kudus. Ia mempunyai keinginan untuk melanjutkan di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Dari kecil Aldi sudah bercita-cita menjadi seorang dokter
karena tugasnya yang mulia yaitu menyelamatkan nyawa orang lain. Alasan yang
lain yaitu ketika neneknya sedang sakit kritis, neneknya tidak mendapatkan
perawatan yang intensif, sehingga neneknya pun meninggal. Sejak saat itu ia berjanji
agar kejadian seperti itu tidak dirasakan oleh orang lain. Namun saat ini ia
masih merasa bingung karena perekonomian keluarga yang tidak mendukung.
“Simbok, kulo cita-citanipun dados dokter ingkang saged nulung
tiyang”, ucap Aldi.
“Aku ngono setuju-setuju wae le, tapi siji permasalahane….”, balas
simbok
“inggihImbok, kulo ngertos, tapi pripun kaliyan cita-cita
kulo? Kulo pengin dados tiyang ingkang bermanfaat kagem liyan, selain niku kulo
nggih pengin sanget saged mulyakke simbok, adik-adik”, balas aldi.
“Tapi kan bisa nganggo cara liya to le, ora mesti dadi dokter.
Aku banget senenge yen awakmu dadi dokter, tapi pye maneh le.. simbok lan bapak
ora bisa ngragati”, ucap simbok
“Kan kulo sampun daftar Bidik Misi mbok”, jawab aAldi
(keduanya saling terdiam, Aldi menunduk sedih)
“Lha saiki karepmu pye
le? simbokmu iki wis tuwa, ora pengalaman”, Tanya simbok
“Mekaten simbok, sak niki kulo
nyuwun ridhanipun simbok. Menawi simbok ridha kula badhe nekat ndherek
tes. Insya Allah menawi simbok ridha, Allah nggih ridha”, jawab Aldi
“Lha karepmu arep sekolah ning endi le? Kapan
tese?”, balas simbok
“Wonten Universitas Indonesia Jakarta mbok..,
tesipun tanggal 17 Juni
“Lha kok adoh banget..”, keluh simbok
Sejak
saat itu Aldi bertambah semangat belajar. Walaupun setiap harinya ia harus
membantu orang tuanya berjualan, namun ia tetap meluangkan waktu untuk belajar.
Ia pun juga bertambah semakin rajin menabung. Entah kenapa aldi sangat yakin
bahwa ia akan diterima di FK-UI, ia mempunyai suatu prinsip yaitu KEJARLAH APA
YANG PERTAMA KALI KAMU CITA-CITAKAN, KARENA CITA-CITAMU YANG PERTAMALAH YANG
AKAN TERWUJUD. Namun tentunya harus diimbangi dengan usaha dan doa.
17
Juni tinggal 3 hari lagi, Aldi bersiap-siap untuk pergi ke Semarang untuk
mengikuti tes SBMPTN. Ia membuka tabungannya untuk transport ke Semarang,
Alhamdulillah uangnya masih lebih kalau hanya untuk transportasi. Untuk masalah
tempat tinggal dan makan ia tidak susah karena ia mempunyai channel kakak kelas
yang ada di Semarang dan ia bisa tinggal dikosnya. Ia berpamitan dengan simbok,
bapak dan adik-adiknya. Ia hanya minta doa dan ridho kedua orang tuanya.
Baru
pertama kali ini ia ke Semarang. Ia berangkat bersama teman dekatnya waktu SMA.
Sesampai di terminal Terboyo ia dijemput oleh kakak kelasnya dan diajak kekos. Pada
malam hari sebelum tes ia melakukan solat hajat untuk meminta agar Hajatnya
tersebut terkabul dan mendapatkan yang terbaik. Hari H pun tiba, ia bersiap
untuk berangkat. Tak lupa ia mempersiapkan keperluannya, sarapan terlebih
dahulu karena sarapan sangat penting untuk kesehatan, dan yang paling penting
yaitu sebelum berangkat ia menelepon orang tuanya terlebih dahulu untuk meminta
ridho dan keikhlasannya.
“Teeeet….
Teeeet… teeeet…” bunyi bel 3 kali itu menandakan bahwa waktu ujian telah
selesai. Ia sangat bersyukur karena ujian berjalan lancar.
Keesokan
harinya ia sudah sampai diKudus lagi. Ia kembali melakukan aktivitas seperti
biasa ditambah lagi sekarang ia mengajar di TPA setiap sorenya sambil menunggu pengumuman hasil tes sbmptn.
Hari ini adalah pengumuman hasil tes SBMPTN.
Ia hanya bisa tawakkal kepada allah, siap menerima apapun hasilnya. Ia berharap
semoga allah memberikan apa yang terbaik untuk dirinya, keluarga, dan tentunya
orang lain. Karena fasilitas di desanya tidak memungkinkan untuk ia dapat
membuka pengumuman, maka ia pergi ke kota kecamatan. Ia mengunjungi salah satu
warnet yaitu CITRA. Disitu ia benar-benar pasrah kepada Allah. Ia membuka laman
pengumuman sbmptn kemudian memasukkan nomor tes dan password. Dan yang muncul :
“SELAMAT
ANDA LULUS”
Seketika ia tidak dapat berkata-kata,ia hanya
bisa meneteskan air mata. Disitu ia langsung pulang ke rumah.
“Simboook,
simboook…”, sambil berlari
“Ana
apa to le???”, gugup keluar dari dapur
Dengan spontan aldi mencium tangan simboknya
sambil berkata,
“aku
lulus mbok, aku lulus…”
“lulus
apa?? Kepriwe maksute??” sahut simbok
“aku
bisa jadi dokter, aku lulus ujian…”
Simbok
tercengang kemudian langsung mencium kedua pipi Aldi. Dalam hati simbok
terharu, bangga, senang, sedih, bercampur jadi satu. Ketika bapak pulang dari
kerja, simbok langsung memberi kabar gembira itu. Setelah itu mereka sujud
syukur bersama. Bapak aldi kesehariannya hanya bekerja sebagai tukang becak,
sedangkan simbok bekerja sebagai pedagang gorengan tiap pagi di pasar. Aldi
merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.
Hari berlalu begitu cepat. Hari H-3 untuk
registrasipun datang. Karena saking kurang mampunya keluarga Aldi, untuk
transport Aldi ke Jakarta simbok
hutangkan ke tetangganya. Keberangkatan Aldi ke Jakarta juga diantar oleh salah
satu tetangga dekatnya yang baik hati yang berprofesi sebagai guru SD. Sebelum
Aldi berangkat ke Jakarta pada malam harinya keluarga Aldi mengadakan manaqiban
terlebih dahulu dengan niatan syukuran dan meminta keselamatan, kelancaran
semua urusan aldi dan keluarga. Pada malam itu juga aldi diberi petuah dari
simbok, bapak, dan keluarganya. Salah satu petuahnya yaitu aldi harus tetap
menjaga aqidahnya, ia benar-benar dilarang untuk menganut aqidah-aqidah lain
yang tidak jelas.
Waktu
berangkat tiba. Aldi berpamitan kepada semua keluarga dan para tetangganya. Pada
saat berpamitan pada simbok, Aldi mencium kedua tangan simbok sambil meneteskan
air mata. Simbok pun berkaca-kaca dan tidak bisa berkata-kata. Aldi berjanji
akan segera kembali dengan kesuksesan ada digenggamannya. Ia pun berjanji
ketika sukses nanti ia akan memberangkatkan haji simbok dan bapak. Ia akan
membuktikan walaupun anak dari tukang becak, tukang gorengan, dengan usaha, doa
dan semangat yang tinggi bisa sukses seperti anak orang-orang kaya bahkan
melebihinya.
UI
di depan mata. Ia merasa bangga menjadi mahasiswa UI. Ia pun tak menyia-nyiakan
kesempatan emas ini. Selain pandai dalam bidang
akademik, ia juga aktif dalam berbagai organisasi. Pada tahun ke-2 ia
berhasil menjabat sebagai ketua hima Pendidikan Dokter UI. Walaupun dari desa
namun ia mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi. Ia pun juga sering melakukan
berbagai penelitian bersama dengan teman-temannya guna untuk mengembangkan
ilmu-ilmu terbaru. Dengan adanya penelitian tersebut ia sering mendapatkan
imbalan yang jumlahnya cukup lumayan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Setiap harinya ia juga berdagang berupa makanan ringan intra
kampus, berdagang barang via online, menerima orderan, membuka percetakan, dan
lain-lain hingga ia pun dapat membeli motor sendiri. Dengan kesibukan urusan
duniawi, ia pun hampir lalai dengan nasehat simbok (urusan ukhrowi). Hingga
pada suatu hari ia ditelepon oleh simbok dan ia baru tersadar. Seketika itu ia
menangis, meminta ampunan Allah, dan ia meminta maaf kepada simbok karena tidak
bisa menjaga amanahnya.
Tak terasa empat tahun sudah ia kuliah. Asam,
manis, dan pahitnya kehidupan telah ia lalui. Saat wisuda pun tiba, simbok dan
bapak pergi ke Jakarta yang pertama kalinya guna menghadiri wisuda tersebut.
Aldi merasa kurang puas dengan hasilnya, karena ia masih kalah berprestasi
dengan temannya yang berasal dari kota. Namun ia tak putus harapan, ia sadar
bahwa ia tidak hanya berfokus pada akademik saja. Ia pun juga menyadari bahwa
ketika lulus yang ditanyakan bukan IPK berapa namun kebermanfaatan ilmunyalah
yang dipertanyakan.
Setelah
wisuda S1 dengan gelar sarjana
kedokteran, Aldi meneruskan kuliah profesinya (KOAS). Walaupun masih dalam
status dokter muda, namun ia sangat bahagia karena sebentar lagi cita-citanya
akan terwujud yaitu menjadi seorang dokter yang Insya Allah akan bermanfaat
untuk orang lain. Selama ia sedang KOAS ia terus mengembangkan usaha-usahanya.
Dua
tahun berlalu, ia telah lulus dari kuliah profesinya. Ia telah menyandang gelar
dr. Aldi Zaenal. Karena ia termasuk mahasiswa yang ulet dan banyak teman, ia
pun mengajukan lamaran kerja ke rumah sakit Harapan Kita dan Alhamdulillah
diterima. Ia sangat bersyukur kepada Allah. Mulai saat itu setiap bulan ia
selalu mengirim uang ke orang tuanya guna untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
dan kebutuhan sekolah adiknya. Ia sempat melarang bapaknya untuk tidak bekerja
sebagai tukang becak lagi, namun focus
terhadap pertaniannya saja. Tapi bapaknya tidak mau, beliau tetap ingin bekerja
sebagai tukang becak sambil mengurus sawahnya. Setiap pulang kerumah, aldi
selalu berpesan kepada adik-adiknya, TULISLAH MIMPI-MIMPIMU, GANTUNGLAH
SETINGGI BINTANG, JANGAN GANTUNG SETINGGI LANGIT KARENA DIATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT. TUNJUKKAN
PADA DUNIA KITA BISA!!! Semua itu tentunya dibarengi dengan usaha dan doa.
Karena MAN JADDA WA JADDA. Ketika itu memang yang terbaik untukmu dan Allah
meridhoi, Insya Allah di dunia ini tiada yang mustahil.
Sejak
saat itu keluarga Aldi hidup berkecukupan. Karena prestasi kerja Aldi, ia pun
mendapatkan beasiswa S2 di Universiy of Oxford dengan mengambil spesialis jantung.